Total Tayangan Halaman

Rabu, 05 Maret 2014

PARKINSON DISEASE

Apa Itu Penyakit Parkinson???
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif sistem ekstrapiramidal yang merupakan bagian dari Parkinsonism yang secara patologis ditandai oleh adanya degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta (SNC) yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik. Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan dopamin dengan berbagai macam sebab.
Dalam kondisi normal (fisiologik), pelepasan dopamin dari ujung saraf nigrostriatum akan merangsang reseptor D1 (eksitatorik) dan reseptor D2 (inhibitorik) yang berada di dendrit output neuron striatum. Output striatum disalurkan ke globus palidus segmen interna atau substansia nigra pars retikularis lewat 2 jalur yaitu jalur direk reseptor D1 dan jalur indirek berkaitan dengan reseptor D2. Maka bila masukan direk dan indirek seimbang, maka tidak ada kelainan gerakan (Olanow dalam Silitonga, 2007)
Pada penderita penyakit Parkinson, terjadi degenerasi kerusakan substansia nigra pars kompakta dan saraf dopaminergik nigrostriatum sehingga tidak ada rangsangan terhadap reseptor D1 maupun D2. Gejala Penyakit Parkinson belum muncul sampai lebih dari 50% sel saraf dopaminergik rusak dan dopamine berkurang 80%. Reseptor D1 yang eksitatorik tidak terangsang sehingga jalur direk dengan neurotransmitter GABA (inhibitorik) tidak teraktifasi. Reseptor D2 yang inhibitorik tidak terangsang, sehingga jalur indirek dari putamen ke globus palidus segmen eksterna yang GABAergik tidak ada yang menghambat sehingga fungsi inhibitorik terhadap globus palidus segmen eksterna berlebihan. Fungsi inhibisi dari saraf GABAergik dari globus palidus segmen ekstena ke nucleus subtalamikus melemah dan kegiatan neuron nukleus subtalamikus meningkat  akibat inhibisi (Olanow dalam Silitonga, 2007).
Terjadi peningkatan output nukleus subtalamikus ke globus palidus segmen interna/substansia nigra pars retikularis melalui saraf glutaminergik yang eksitatorik akibatnya terjadi peningkatan kegiatan neuron globus palidus /substansia nigra. Keadaan ini diperhebat oleh lemahnya fungsi inhibitorik dari jalur langsung, sehingga output ganglia basalis menjadi berlebihan kearah talamus. Saraf eferen dari globus palidus segmen interna ke talamus adalah GABAergik sehingga kegiatan talamus akan tertekan dan selanjutnya rangsangan dari talamus ke korteks lewat saraf glutamatergik akan menurun dan output korteks motorik ke neuron motorik medulla spinalis melemah terjadi hipokinesia.
 
Gambar.1. Skema teori ketidakseimbangan jalur langsung dan tidak langsung
Keterangan Singkatan
D2             : Reseptor dopamin 2 bersifat inhibitorik
D1             : Reseptor dopamin 1 bersifat eksitatorik
SNc           : Substansia nigra pars compacta
SNr            : Substansia nigra pars retikulata
GPe           : Globus palidus pars eksterna
GPi            : Globus palidus pars interna
STN           : Subthalamic nucleus
VL             : Ventrolateral thalamus = thalamus

b.  Faktor penyebab penyakit Parkinson.
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan penyakit Parkinson adalah obat antipsikotik yang berupa haloperidol. Haloperidol merupakan derivat butirofenon termasuk antipsikotik golongan pertama sama seperti Chlorpromazine (CPZ).
Nama dan Struktur Kimia haloperidol adalah sbb:
Nama : Haloperidolum (C21H23ClFNO2).
 
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dikatakan bahwa haloperidol juga memiliki resiko tinggi terhadap timbulnya gejala ekstrapiramidal, termasuk sindrom Parkinson. Prinsip obat ini yaitu menghambat dopamine dengan cara memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak. Adanya pemblokan reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik oleh obat haloperidol maka neurotransmitter dopamine tidak dapat berikatan dengan reseptor, akibatnya neurotransmitter dopamine inaktif dan neurotransmitter dopamine akhirnya di degradasi  atau di reuptake. Bila keadaan ini terus menerus maka terjadilah ketidakseimbangan neurotransmitter antara asetil  kolin dan dopamine karena  pelepasan asetil kolin berjalan normal. Ketidak seimbangan pada neurotransmitter tersebut menyebabkan efek eksitasi dari asetilkolin tidak dapat diimbangi oleh efek inhibisi dari dopamine akibatnya terjadilah bradikinesia, resting tremor, atau rigiditas (kekakuan).
D.  Cara Menyembuhkan Penyakit Parkinson
Penyembuhan penyakit Parkinson dapat dilakukan dengan terapi farmakologis. Obat yang  dapat dipakai dalam terapi penyakit Parkinson yaitu levodopa.
·           Levodopa
Terapi penggantian dengan pemberian dopamin dari luar sulit dilakukan karena kemampuan dopamin menembus barier saraf sangat rendah karena sifatnya yang hidrofil. Untuk itu diberikan prekursor berupa Levodopa. L-dopa dapat menembus blood brain barier atau sawar darah otak dan di dalamnya senyawa ini akan diubah menjadi dopamin setelah mengalami metabolisme melalui reaksi dekarboksilasi. Sayangnya kadar dopamin yang diubah sangat rendah. Untuk meningkatkan kadar dopamin dilakukan pemberian kombinasi Karbidopa/L-dopa (Sinemet 10/100; 25/250). Dengan adanya karbidopa ternyata dapat meningkatkan kadar dopamin di otak. L-dopa sebaiknya dihindari dengan pemberian bersama vit B6 (piridoksin) karena dapat menurunkan efek L-dopa. 

Pada gambar diatas, di neuron presinaptik terjadi perubahan dari senyawa fenilalanin yang masuk ke ujung saraf akan dijadikan L-tirosin dan selanjutnya diubah menjadi L-dopa. L-dopa juga dapat diperoleh dari luar (L-dopa eksogen) yang akan segera diubah menjadi dopamin dengan bantuan enzim L-AAD (L-aromatik amin dekarboksilase). Sebagai salah satu neurotransmitter, dopamin (DA) akan dilepas dari ujung saraf dan berinteraksi dengan reseptor dopamin (D1, D2 atau D3). Interaksi atau berikatannya dopamin dan reseptor dopamin mengakibatkan otot dapat berelaksasi kembali, gejala parkinson seperti tremor, bradikinesia dll bisa terkurangi.



E.  Pengaruh Kadar Dopamin dan Setilkolin Pada Penyakit Prakinson
 
Penurunan dopamin dalam korpus striatum mengacaukan keseimbangan antara dopamin (penghambat) dan asetilkolin (perangsang). Inilah yang menjadi dasar dari kebanyakan gejala penyakit parkinson. Sampai saat ini belum diungkapkan dengan baik bagaimana berkurangnya dopamin di striatum yang menyebabkan gejala parkinson (tremor, rigiditas, dan aknesia) Suatu teori mengemukakan bahwa munculnya tremor diduga oleh karena dopamin yang disekresikan dalam nukleus kaudatus dan putamen berfungsi sebagai penghambat yang merusak neuron dopamingik di substansia nigra sehingga menyebabkan kaudatus dan putamen menjadi sangat aktif dan kemungkinan menghasilkan signal perangsang secara terus menerus ke sistem pengaturan motorik kortikospinal. Signal ini diduga merangsang otot bahkan seluruh otot sehingga menimbulkan kekakuan dan melalui mekanisme umpan balik mengakibatkan efek inhibisi penghambat dopamin akan hilang sehingga menimbulkan tremor. Akinesia didiga disebabkan oleh karena adanya penurunan dopamin di sistim limbic terutama nukleus accumbens, yang diikuti oleh menurunnya sekresi dopamin di ganglia basalis. Keadaan ini menyebabkan menurunnya dorongan fisik untuk aktivasi motorik begitu besar sehingga timbul akinesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar