Penyakit Parkinson merupakan penyakit
neurodegeneratif sistem ekstrapiramidal yang merupakan bagian dari Parkinsonism
yang secara patologis ditandai oleh adanya degenerasi ganglia basalis terutama
di substansia nigra pars kompakta (SNC) yang disertai adanya inklusi
sitoplasmik eosinofilik. Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh
tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks
postural akibat penurunan dopamin dengan berbagai macam sebab.
Dalam kondisi normal (fisiologik), pelepasan dopamin
dari ujung saraf nigrostriatum akan merangsang reseptor D1 (eksitatorik) dan
reseptor D2 (inhibitorik) yang berada di dendrit output neuron striatum. Output
striatum disalurkan ke globus palidus segmen interna atau substansia nigra pars
retikularis lewat 2 jalur yaitu jalur direk reseptor D1 dan jalur indirek
berkaitan dengan reseptor D2. Maka bila masukan direk dan indirek seimbang,
maka tidak ada kelainan gerakan (Olanow dalam
Silitonga, 2007)
Pada penderita penyakit Parkinson, terjadi
degenerasi kerusakan substansia nigra pars kompakta dan saraf dopaminergik
nigrostriatum sehingga tidak ada rangsangan terhadap reseptor D1 maupun D2.
Gejala Penyakit Parkinson belum muncul sampai lebih dari 50% sel saraf
dopaminergik rusak dan dopamine berkurang 80%. Reseptor D1 yang eksitatorik
tidak terangsang sehingga jalur direk dengan neurotransmitter GABA
(inhibitorik) tidak teraktifasi. Reseptor D2 yang inhibitorik tidak terangsang,
sehingga jalur indirek dari putamen ke globus palidus segmen eksterna yang
GABAergik tidak ada yang menghambat sehingga fungsi inhibitorik terhadap globus
palidus segmen eksterna berlebihan. Fungsi inhibisi dari saraf GABAergik dari
globus palidus segmen ekstena ke nucleus subtalamikus melemah dan kegiatan
neuron nukleus subtalamikus meningkat
akibat inhibisi (Olanow dalam
Silitonga, 2007).
Terjadi peningkatan output nukleus subtalamikus ke
globus palidus segmen interna/substansia nigra pars retikularis melalui saraf
glutaminergik yang eksitatorik akibatnya terjadi peningkatan kegiatan neuron
globus palidus /substansia nigra. Keadaan ini diperhebat oleh lemahnya fungsi
inhibitorik dari jalur langsung, sehingga output ganglia basalis menjadi
berlebihan kearah talamus. Saraf eferen dari globus palidus segmen interna ke
talamus adalah GABAergik sehingga kegiatan talamus akan tertekan dan
selanjutnya rangsangan dari talamus ke korteks lewat saraf glutamatergik akan
menurun dan output korteks motorik ke neuron motorik medulla spinalis melemah
terjadi hipokinesia.
Gambar.1.
Skema teori ketidakseimbangan jalur langsung dan tidak langsung
Keterangan Singkatan
D2 :
Reseptor dopamin 2 bersifat inhibitorik
D1 :
Reseptor dopamin 1 bersifat eksitatorik
SNc :
Substansia nigra pars compacta
SNr :
Substansia nigra pars retikulata
GPe :
Globus palidus pars eksterna
GPi :
Globus palidus pars interna
STN :
Subthalamic nucleus
VL :
Ventrolateral thalamus = thalamus
b. Faktor penyebab penyakit Parkinson.
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan
penyakit Parkinson adalah obat antipsikotik yang berupa haloperidol.
Haloperidol merupakan derivat butirofenon termasuk antipsikotik golongan
pertama sama seperti Chlorpromazine (CPZ).
Nama dan Struktur Kimia
haloperidol adalah sbb:
Nama : Haloperidolum (C21H23ClFNO2).
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan dikatakan bahwa haloperidol juga memiliki
resiko tinggi terhadap timbulnya gejala ekstrapiramidal, termasuk sindrom
Parkinson. Prinsip obat ini yaitu menghambat dopamine dengan cara memblok
reseptor dopaminergik D1 dan
D2 di postsinaptik
mesolimbik otak. Adanya pemblokan reseptor dopaminergik D1 dan D2 di
postsinaptik oleh obat haloperidol maka neurotransmitter dopamine tidak dapat
berikatan dengan reseptor, akibatnya neurotransmitter dopamine inaktif dan
neurotransmitter dopamine akhirnya di degradasi
atau di reuptake. Bila keadaan ini terus menerus maka terjadilah
ketidakseimbangan neurotransmitter antara asetil kolin dan dopamine karena pelepasan asetil kolin berjalan normal.
Ketidak seimbangan pada neurotransmitter tersebut menyebabkan efek
eksitasi dari asetilkolin tidak dapat diimbangi oleh efek inhibisi dari dopamine
akibatnya terjadilah bradikinesia,
resting tremor, atau rigiditas (kekakuan).
D.
Cara
Menyembuhkan Penyakit Parkinson
Penyembuhan penyakit Parkinson
dapat dilakukan dengan terapi farmakologis. Obat yang dapat
dipakai dalam terapi penyakit Parkinson yaitu levodopa.
·
Levodopa
Terapi
penggantian dengan pemberian dopamin dari luar sulit dilakukan karena kemampuan
dopamin menembus barier saraf sangat rendah karena sifatnya yang hidrofil.
Untuk itu diberikan prekursor berupa Levodopa. L-dopa dapat menembus blood
brain barier atau sawar darah otak dan di dalamnya senyawa ini akan diubah
menjadi dopamin setelah mengalami metabolisme melalui reaksi dekarboksilasi.
Sayangnya kadar dopamin yang diubah sangat rendah. Untuk meningkatkan kadar
dopamin dilakukan pemberian kombinasi Karbidopa/L-dopa (Sinemet 10/100;
25/250). Dengan adanya karbidopa ternyata dapat meningkatkan kadar dopamin di
otak. L-dopa sebaiknya dihindari dengan pemberian bersama vit B6 (piridoksin)
karena dapat menurunkan efek L-dopa.
Pada gambar diatas, di neuron presinaptik terjadi perubahan dari senyawa
fenilalanin yang masuk ke ujung saraf akan dijadikan L-tirosin dan selanjutnya
diubah menjadi L-dopa. L-dopa juga dapat diperoleh dari luar (L-dopa eksogen)
yang akan segera diubah menjadi dopamin dengan bantuan enzim L-AAD (L-aromatik
amin dekarboksilase). Sebagai salah satu neurotransmitter, dopamin (DA) akan
dilepas dari ujung saraf dan berinteraksi dengan reseptor dopamin (D1, D2 atau
D3). Interaksi atau berikatannya dopamin dan reseptor dopamin mengakibatkan
otot dapat berelaksasi kembali, gejala parkinson seperti tremor, bradikinesia
dll bisa terkurangi.
E. Pengaruh
Kadar Dopamin dan Setilkolin Pada Penyakit Prakinson
Penurunan
dopamin dalam korpus striatum mengacaukan keseimbangan antara dopamin
(penghambat) dan asetilkolin (perangsang). Inilah yang menjadi dasar dari
kebanyakan gejala penyakit parkinson. Sampai saat ini belum diungkapkan dengan
baik bagaimana berkurangnya dopamin di striatum yang menyebabkan gejala
parkinson (tremor, rigiditas, dan aknesia) Suatu teori mengemukakan bahwa
munculnya tremor diduga oleh karena dopamin yang disekresikan dalam nukleus
kaudatus dan putamen berfungsi sebagai penghambat yang merusak neuron
dopamingik di substansia nigra sehingga menyebabkan kaudatus dan putamen
menjadi sangat aktif dan kemungkinan menghasilkan signal perangsang secara
terus menerus ke sistem pengaturan motorik kortikospinal. Signal ini diduga
merangsang otot bahkan seluruh otot sehingga menimbulkan kekakuan dan melalui
mekanisme umpan balik mengakibatkan efek inhibisi penghambat dopamin akan
hilang sehingga menimbulkan tremor. Akinesia didiga disebabkan oleh karena
adanya penurunan dopamin di sistim limbic terutama nukleus accumbens, yang
diikuti oleh menurunnya sekresi dopamin di ganglia basalis. Keadaan ini
menyebabkan menurunnya dorongan fisik untuk aktivasi motorik begitu besar sehingga timbul
akinesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar